Kamis, 31 Desember 2009

Apa Bedanya Psikolog dengan Psikiater?

1.Psikolog

Apa Itu Psikolog?
Psikolog adalah titel atau gelar S2 bidang profesi psikologi. Seseorang bisa mendapatkan gelar “…, Psi.” di belakang namanya kalau kuliah S1 dan S2-nya sama-sama di psikologi.

Oleh karena itu, orang yang kuliah S1-nya di fakultas psikologi (sekedar informasi, fakultas psikologi di Indonesia untuk S1 tidak ada penjurusan), kalau ingin menjadi psikolog, harus meneruskan S2 di bidang profesi psikologi. Sebab, jika ia meneruskan di bidang sains psikologi, maka gelarnya nanti adalah “…, Msi.” atau magister sains.
Sama halnya jika seseorang yang kuliah S1-nya non-psikologi, namun ingin meneruskan kuliah S2 di bidang psikologi.

Orang tersebut mau-tak-mau harus mengambil bidang sains psikologi, sebab bidang profesi psikologi hanya diperuntukkan kepada lulusan S1 psikologi. Oleh karena itu, orang seperti ini bergelar “…, Msi.”, bukan “…, Psi.”

Apa Yang Bisa Dilakukan Psikolog?
Seorang psikolog, atau lulusan S2 profesi psikologi, nantinya bisa mendapatkan izin praktek psikologi yang bisa digunakan untuk membuka biro konsultasi sendiri, ataupun bergabung menjadi tenaga konsultan psikologi di biro orang lain. Seorang psikolog juga punya hak untuk "memegang" alat tes psikologi. "Memegang" di sini maksudnya menyimpan, menggunakan dan mengoperasikan, juga menginterpretasikan hasil tes kliennya. Jadi, psikolog juga bisa disebut praktisi psikologi.

Hak "memegang" alat tes psikologi ini hanya dipegang oleh psikolog, dan bukan magister sains psikologi. Namun, sebagai informasi tambahan, magister (sains) psikologi dapat mengembangkan teori psikologi yang sudah ada, dan bisa bekerja sebagai dosen di fakultas psikologi. Oleh karena itu, magister psikologi bisa juga disebut ilmuwan psikologi.

Siapa saja calon mahasiswa yang bisa masuk fakultas psikologi?
Semua lulusan SMA/sederajat (SMK, SMIP, MA, dll) dari jurusan manapun (IPA, IPS, Bahasa, atau yang lain) yang berminat belajar psikologi. Akan tetapi, tidak semua perguruan tinggi membuka program studi psikologi untuk lulusan IPS, yang berarti semua lulusan SMA/sederajat dari jurusan apapun bisa masuk. Ada perguruan tinggi yang hanya membuka untuk lulusan dari jurusan IPA seperti UNPAD dan undip.


2. Psikiater

Apa Itu Psikiater?
Pertama-tama, yang perlu anda ketahui, psikiater adalah dokter yang mempelajari ilmu jiwa. Maksudnya, gelar utamanya dokter, tapi dia mengkhususkan diri untuk "mengurusi" kejiwaan manusia. Biasanya, psikiater adalah dokter (S1) yang meneruskan pendidikannya di bidang psikiatri (S2). Oleh karena itu, seorang psikiater mempunyai gelar “dr. …”, dan biasanya di tulis (di papan nama): (atas) dr. A ,(bawah) Psikiater. Makanya, psikiater juga bisa disebut dokter jiwa.

Apa Yang Bisa Dilakukan Psikiater?
Seorang psikiater, karena gelarnya adalah “dokter”, maka orang yang datang untuk "berobat" disebut pasien. Oleh karena itu, psikiater mengobati pasiennya, yang punya masalah kejiwaan, dengan memberikan obat.

Mengapa? Karena beberapa penyakit jiwa bisa jadi disebabkan oleh keadaan tubuh yang sedang tidak sehat, atau ada yang bisa disembuhkan atau dikurangi dengan mengobati organ tubuh yang berhubungan dengan gejala kejiwaan yang sedang diderita.

Siapa saja yang calon mahasiswa yang bisa jadi psikiater?
Yang pasti sih, dari jurusan IPA. Soalnya, untuk jadi psikiater (S2) itu harus belajar kedokteran dulu di S1. Namanya juga “dokter jiwa”.hehe

Senin, 14 Desember 2009

Kurangnya Kesadaran Masyarakat akan Keindahan Makna Tahun Baru Hijriyah dan Menjadikannya sebagai Momentum Kebangkitan Nasional

Pada bulan Desember tahun 2009, terdapat banyak peringatan hari-hari besar dan penting seperti Hari AIDS Sedunia, Hari Anti Korupsi Sedunia, Tahun Baru Hijriyah 1431, Hari Ibu, Hari Natal dan Tahun Baru Masehi 2010.
Apa makna dari sebuah peringatan? Tentunya hal itu tergantung dari sudut pandang mana kita mengapresiasi dan mengekspresikannya. Inti dari sebuah peringatan adalah Lesson Learned. Pengambilan sebuah pelajaran. Pengambilan hikmah di balik sebuah kisah. Dan hikmah yang menurut saya pantas untuk diambil adalah “menuju kehidupan yang lebih baik”. Kehidupan yang lebih baik adalah sebuah proses yang tidak pernah berhenti, dari waktu ke waktu dari generasi ke generasi. Sebagai sebuah proses yang tidak pernah berhenti, kehidupan yang lebih baik terwujud dalam sebuah ide sekaligus aktifitas fisik kapanpun dan dimanapun manusia berada.
Tinggal beberapa hari lagi, tahun 1430 H akan berakhir dan datanglah Tahun Baru 1431 H. Kemudian akan disusul dengan Tahun Baru Masehi 2010 yang biasanya perayaan Tahun Baru Masehi tersebut penuh dengan keramaian, pesta di mana-mana, kembang api menanggapi tenggelamnya tahun 2009 dan datangnya Tahun Baru 2010 dan kini umat islam akan menyambut Tahun Baru 1431 H yang bertepatan dengan tanggal 18 Desember 2009.
Ketika kita diminta untuk menyebutkan nama-nama bulan dalam tahun Hijriyah dengan tepat dan berurutan, belum tentu kita bisa melakukannya dengan benar. Mungkin hanya segelintir orang saja yang dapat menghafalnya di luar kepala. Berbeda jika kita diminta untuk menyebutkan nama-nama bulan dalam tahun Masehi, tentu takkan ada kendala berarti apabila kita menghafalnya. Anak-anak kecil pun akan begitu lancar menyebutkannya.
Kalau mau jujur, tahun Hijriyah atau penanggalan islam tidak begitu populer di kalangan masyarakat dibandingkan dengan penanggalan Masehi. Apalagi di tengah anak-anak muda atau ABG zaman sekarang. Meskipun mayoritas penduduk negeri ini adalah kaum muslim paling banyak yang sering dikenal hanya bulan Ramadhan, Syawal, Muharam dan Dzulhijjah. Sisanya, mungkin mereka berdalih lupa atau bahkan menggeleng-geleng kepala karena tidak tahu.
Di satu sisi, para orang tua atau kakek nenek kita yang akrab dengan penggunaan sistem penanggalan Hijriyah jumlahnya pun terus berkurang, karena dibatasi oleh usia. Di saat mereka sudah pergi, mungkin sebagian besar tidak sempat mewariskan kedekatan dengan tradisi islam itu kepada anak cucunya. Di sisi lain, semakin terkucilnya kalender Hijriyah dari kehidupan sehari-hari masyarakat, mungkin bisa dimaklumi. Wajar saja, karena sistem penanggalan yang dipakai selama ini adalah penanggalan Masehi. Seluruh aktivitas kehidupan, perdagangan, pendidikan, pemerintahan dan lain sebagainya, semuanya berpatokan pada penanggalan Masehi.
Namun, meninggalkan tradisi luhur yang dibangun berabad-abad lalu merupakan sebuah kesalahan yang fatal. Karena di dalam tahun Hijriyah tersimpan sejarah besar perjuangan membangun peradaban manusia. Sejarah itu telah menjadi ruh dan spirit bagi perjalanan kaum muslim sedunia sampai hari ini. Kesanalah seharusnya kita bercermin.
Hijrah Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya dari Mekkah ke Madinah menandai suatu ekspansi religius dalam rangka dakwah islamiyyah dan penyampaian risalah kenabian atau dakwah islamiyyah. Berbicara mengenai Nabi Muhammad SAW tidak akan pernah bisa dilepaskan dari dua kota suci tersebut. Apa hasil yang dicapai melalui peristiwa Hijrah telah banyak ditorehkan dalam tinta-tinta sejarah sejarawan Muslim bahkan sejarawan Barat.
Peristiwa hijrah telah banyak memberi inspirasi bagi komunitas muslim untuk menjadikannya sebagai momentum untu membumikan spirit dan atau semangat perlunya perubahan demi perubahan. Ya, karena hijrah yang secara leksikal berarti perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, dari satu kondisi ke kondisi yang lain yang juga bisa diartikan perubahan demi perubahan.
Menyadari hakikat Tahun Baru Hijriyah, umat islam sebagai umat terbaik dan sepatutnya menjadi suri tauladan yang baik kepada orang lain haruslah mempunyai cara dan sikap yang menjunjung tinggi ajaran wahyu dalam menyambut datangnya Tahun Baru Hijriyah, agar dapat membedakan dengan cara dan adat orang lain. Sebagai umat islam, umat Nabi Muhammad SAW, sepatutnya kita menyambut pergantian tahun yang ditentukan oleh Allah sebagai tahun yang dipakai dalam penentuan waktu dalam menjalankan syari’at islam. Cara memperingati tahun baru seperti yang Rasulullah SAW sabdakan: “Barang siapa yang berpuasa sehari pada akhir dari bulan Dzulhijjah dan puasa sehari pada awal dari bulan Muharam, maka ia sungguh-sungguh telah menutup tahun yang lalu dengan puasa dan membuka tahun yang akan datang dengan puasa. Dan Allah SWT menjadikan kiffarat atau tertutup dosanya selama 50 tahun.
Peringatan Tahun Baru 1431 Hijriyah kali ini jatuh berdekatan dengan Hari Natal 2009 dan Tahun Baru Masehi 2010. Kedekatan peringatan ini merupakan momentum yang baik untuk dijadikan sebagai ajang refleksi dan intropeksi diri, keluarga, masyarakat bangsa dan negara yang bisa kita jadikan sebagai momentum kebangkitan nasional.
Peringatan yang berdekatan ini memungkinkan kita, baik yang muslim, umat kristiani maupun bangsa Indonesia secara keseluruhan untuk merayakannya dalam semangat kebersamaan dan persatuan menuju kehidupan yang lebih baik. Parameter kehidupan lebih baik seperti apa? Seperti yang dicita-citakan oleh masing-masing individu manusia. Agama punya parameter, bangsa juga punya parameter. Kita juga mesti memilikinya. Kehidupan yang lebih baik harus diupayakan di tengah krisis global, krisis multi dimensi dan krisis moral atau akhlak bangsa.
Tahun baru 1431 H merupakan bagian dari perjalanan monumental manusia paling agung yang bernama Muhammad SAW, pelaku penting sejarah tersebut. Angka 1431, mulai dihitung dari hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekkah ke Madinah. Sebuah keputusan yang kemudian mengubah seluruh atmosfer jazirah Arab juga belahan dunia lainnya. Penetapan penanggalan Hijriyah itu dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab, setelah meminta pertimbangan dari imam Ali bin Abi Thalib. Tepatnya, mulai diberlakukan pada tahun 638 M atau 17 H. Menurut perhitungan tersebut, 1 Muharam tahun 1 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622 M.
Peringatan Tahun Baru Hijriyah 1 Muharam, memang tidak seramai perayaan Tahun Baru Masehi setiap tanggal 31 Desember. Tidak ada tiupan terompet, pesta kembang api, pagelaran konser musik di mana-mana sampai ke pelosok desa, iring-iringan kendaraan dan lautan manusia yang menyesaki tempat-tempat keramaian. Peringatan Tahun Baru Hijriyah, memang lazimnya lebih menengok ke dalam, menjenguk rohani. Kalaupun ada perayaan, lebih menitikberatkan kepada imbauan untuk meneladani jejak Rasul dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Kedatangan tahun baru islam agak sepi akibat begitu lama umat islam terjajah dan terlalu membesar-besarkan penggunaan kalender Masehi dibandingkan tahun Hijriyah dalam kehidupan sehari-hari. Budaya ini menyebabkan umat islam sendiri tidak ingat bulan-bulan dalam islam kecuali Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Inilah antara lain usaha besar kaum kuffar merusak serta menjauhkan umat islam dari ruh islam, termasuk memastikan umat islam tidak menghayati tahun Hijriyah dalam kehidupan. Agak jarang umat islam mengucapkan selamat tahun baru, umat islam sudah terjajah oleh budaya kuffar. Mungkinkah umat islam mampu memperkasai kembali penggunaan tahun baru Hijriyah? Jawabannya ada pada tindakan dan kesungguhan umat islam dalam merealisasikannya. Jika dalam pemakaian tahun pun susah kita berhijrah maka mungkinkah kita mampu hijrah dari sistem jahiliyah kepada sistem islam?
Setiap memasuki Tahun Baru Hijriyah seperti ini, sudah sepantasnyalah kita meningkatkan kesadaran baru dalam diri kita. Kesadaran bahwa usia kita semakin berkurang, sementara persiapan untuk menyongsong kehidupan abadi di penghujung usia, boleh dikatakan masih jauh dari cukup. Teruslah mengintropeksi untuk memperbaiki diri, meningkatkan dan memperbanyak amalan ibadah juga kesadaran untuk terus memelihara semangat hidup dan selalu bercita-cita menjadi manusia yang berguna bagi sesama dan lingkungan.
Memang sudah semestinya setiap diri memaknai setiap pergantian tahun dengan sebuah perenungan, melihat sejenak ke belakang, hal-hal apa yang kurang dan mesti diperbaiki, termasuk memancang tekad untuk segera berhijrah dari segala sifat-sifat buruk menuju kepada sifat-sifat terpuji, yang bukan hanya sekedar harapan, namun segera diusahakan dan diwujudkan dalam ikhtiar nyata dengan senantiasa memohon bimbingan dan pertolongan dari Allah SWT.
Oleh karenanya, makna hijrah harus terinternalisasi dalam diri kita dan diolah menjadi sikap yang luhur dan dinamis dalam menata masa depan yang lebih baik. Melihat kenyataan ini, Indonesia tampaknya harus menjalani hukum sejarah dari sebuah peradaban. Tentunya bangsa ini tidak memaknai “hijrah” dengan perpindahan fisik layaknya “hijrah”nya Nabi meninggalkan Mekkah. Yang bisa dilakukan oleh bangsa ini adalah hijrah maknawi. Artinya, bangsa Indonesia butuh semangat “hijrah” dari kemerosotan ekonomi, sosial, politik dan hukum menuju peradaban yang mencerahkan dan menuju kebangkitan nasional. Peradaban yang lebih menjamin kesejahteraan masyarakat, keterbukaan dan penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Tahun baru Hijriyah sudah semestinya menjadi momentum untuk merenungkan kembali eksistensi bangsa Indonesia di titik paling nadir. Untuk itulah, Hijriyah yang diperingati oleh umat islam dan juga bangsa Indonesia kali ini diharapkan menjadi refleksi panjang bangsa ini untuk merajut perubahan yang sebenarnya, yang substantif, produktif dan populistik. Semangat hijrah akan menjadi modal untuk mengembalikan kegairahan inisiatif perubahan tersebut. Oleh karenanya, sangat rugi dan sia-sia apabila Hijriyah yang akan kita peringati bersama hanya sebatas pada refleksi seremonial. Pada momen ini bangsa Indonesia berkesepakatan untuk menguak makna dan semangat Hijrah bagi keberadaban dirinya sendiri. Hijrah juga berarti berubah untuk membangun peradaban baru, seperti Nabi Muhammad SAW meninggalkan Makkah dan membentuk komunitas baru yang berperadaban di Madinah. Semoga bangsa Indonesia mampu “hijrah” dari penderitaan yang membelitnya dan bangkit secara nasional menuju bangsa yang berperadaban.

Jumat, 06 November 2009

Mengapa Kenakalan Remaja Semakin Merajalela?

Masalah kenakalan remaja dewasa ini sudah tidak dapat dianggap sepele. Karena hal tersebut telah semakin dirasakan meresahkan masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang berkembang. Dalam kaitannya dengan masalah kenakalan remaja ini, masyarakat Indonesia pun telah mulai merasakan keresahan tersebut, terutama mereka yang berdomisili di kota-kota besar. Akhir-akhir ini masalah tersebut cenderung menjadi masalah nasional yang dirasa semakin sulit untuk dihindari, ditanggulangi dan diperbaiki kembali. Oleh karena itu, jika tidak segera ditangani secara serius, maka hal tersebut dapat mengakibatkan generasi muda pada masa mendatang akan mengalami masa “kebobrokan moral”.
Keberadaan kenakalan remaja di Indonesia saat ini sudah merambah ke dalam segi-segi kriminal yang secara yuridis formal menyalahi ketentuan-ketentuan yang tercantum di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) atau perundang-undangan pidana di luar KUHP, misalnya Undang-Undang Narkotika. Kondisi seperti ini jauh lebih rumit daripada sekedar kondisi destruktif dalam perspektif norma-norma sosial dan susila.
Dalam kehidupan sehari-hari, sudah banyak sekali kejadian perbuatan amoral yang telah dilakukan oleh remaja dan anak-anak. Sudah tak terhitung berapa kali peristiwa memperihatinkan seperti pemerkosaan, perkelahian, pencurian, perampokan, bahkan pembunuhan yang dilakukan remaja yang mestinya diharapkan mampu menjadi pemimpin bangsa di kemudian hari. Yang lebih memperihatinkan, kenakalan remaja tersebut justru banyak terjadi pada kalangan keluarga berada, yang nota bene kebutuhan hidup secara fisik sudah tercukupi atau mungkin malah lebih. Memang harus diakui, kenakalan remaja saat ini sudah merebak dimana-mana. Meskipun belum mencapai titik kritis yang membahayakan stabilitas negara, namun hal tersebut patut untuk diwaspadai. Karena ada kecenderungan, trend kenakalan remaja sekarang sudah mengarah kepada tindak kekerasan dan brutalisme. Yang menjadi persoalan sekarang adalah mengapa zaman sekarang kenakalan remaja semakin merajalela? Apakah semata-mata karena masa remaja adalah masa “storm and drug” yang penuh dengan berbagai gejolak dan goncangan jiwa? Atau karena faktor-faktor lain yang bersifat ekstrinsik? Tulisan ini berusaha untuk mengungkapkan beberapa faktor yang sering menyebabkan munculnya kenakalan remaja.
Dewasa ini, seorang anak sering digolongkan sebagai delinkuen (nakal), jika pada anak tersebut nampak adanya kecenderungan-kecenderungan anti sosial yang sangat memuncak sehingga perbuatan-perbuatan tersebut menimbulkan gangguan-gangguan terhadap keamanan, ketenteraman dan ketertiban masyarakat, misalnya pencurian, pembunuhan, penganiayaan, pemerasan, penipuan, serta perbuatan-perbuatan lain yang dilakukan oleh anak remaja yang meresahkan masyarakat.
Perbuatan anak-anak muda yang nyata-nyata bersifat melawan hukum dan anti sosial tersebut pada dasarnya tidak disukai oleh masyarakat, yang disebut juga dengan
problem sosial. Jadi pada dasarnya, problema-problema sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral, karena menyangkut tata kelakuan yang immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak. Problema-problema sosial yang berwujud kenakalan remaja tersebut tentu timbul dan dialami oleh sebagian besar kelompok sosial, dan fenomena tadi akan menjadi pusat perhatian sebagian besar anggota masyarakat untuk mendapatkan jalan yang paling efektif di dalam mengatasi baik secara preventif (pencegahan) maupun represif (penekanan). Kenakalan remaja hanyalah merupakan bagian terkecil dari problema-problema sosial yang dialami oleh masyarakat. Dewasa ini, masyarakat sedang dilanda beberapa problem antara lain:
1. Dengan tingginya kualitas kelahiran, timbul masalah kependudukan.
2. Dengan sebab yang beragam, timbul masalah kemiskinan.
3. Karena merosotnya mental, timbul masalah korupsi.
4. Karena degradasi moral dari individu itu, timbul masalah pelacuran baik terang-terangan maupun terselubung.
Secara garis besarnya, masalah-masalah sosial yang timbul karena perbuatan-perbuatan anak remaja itu dirasakan sangat mengganggu kehidupan masyarakat baik di kota maupun di pelosok desa. Akibatnya sangat memilukan, kehidupan mayarakat menjadi resah, perasaan tidak aman bahkan sebagian anggota-anggotanya menjadi terasa terancam hidupnya. Problema tadi pada hakikatnya menjadi tanggung jawab bersama di dalam kelompok. Hal ini bukan berarti masyarakat harus membenci anak delinkuen atau mengucilkannya, akan tetapi justru sebaliknya. Masyarakat dituntut secara moral agar mampu mengubah anak-anak delinkuen menjadi anak saleh, paling tidak mereka dapat dikembalikan dalam kondisi ekuilibrium (seimbang). Keresahan dan perasaan terancam tersebut pasti terjadi, sebab kenakalan-kenakalan yang dilakukan remaja pada umumnya berupa ancaman terhadap hak milik orang lain yang berupa benda, seperti pencurian, penipuan, dan penggelapan, berupa ancaman terhadap keselamatan jiwa orang lain, seperti pembunuhan dan penganiayaan yang menimbulkan matinya orang lain, dan perbuatan-perbuatan ringan lainnya, seperti pertengkaran sesama anak, minum-minuman keras, begadang, atau berkeliaran sampai larut malam.
Unsur solidaritas merupakan pengikat utama di dalam masyarakat. Oleh karena itu, setiap individu di dalam masyarakat harus memilikinya, termasuk anak-anak remaja. Pada dasarnya, secara sosiologis, rasa setia kawan perlu dimiliki oleh anak remaja, karena pada prinsipnya rasa setia kawan dapat melatih mereka untuk memiliki tanggung jawab moral terhadap semua perbuatannya di tengah-tengah masyarakat. Dalam perkembangan berikutnya rasa setia kawan tersebut dapat membimbing mereka untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan memberi dampak positif bagi kemaslahatan dan kepentingan umum.
Hal lain yang tidak kalah penting dan harus ada di dalam setiap diri anak remaja adalah adanya kesadaran beragama. Secara esensial agama merupakan peraturan-peraturan dari Tuhan Yang Maha Esa berdimensi vertikal dan horizontal yang mampu memberikan dorongan terhadap jiwa manusia yang berakal agar berpedoman menurut peraturan Tuhan dengan kehendaknya sendiri, tanpa dipengaruhi untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan kelak di akhirat. Maksudnya, jika manusia beragama disertai taat mengamalkan segala ajarannya, kemungkinan besar dia akan taat mengamalkan segala ajarannya dan dia akan hidup secara teratur di dunia ini. Bagi para remaja sangat diperlukan adanya pemahaman, pendalaman serta ketaatan terhadap ajaran-ajaran agama yang dianut. Dalam kenyataan sehari-hari, banyak yang menunjukkan bahwa anak-anak remaja yang melakukan kejahatan sebagian besar kurang memahami norma-norma agama bahkan mungkin lalai menunaikan perintah-perintah agama seperti melaksanakan shalat, puasa, dan lain-lain.
Kenakalan remaja yang sering terjadi di dalam masyarakat pun bukanlah suatu keadaan yang berdiri sendiri. Kenakalan remaja tersebut timbul karena beberapa faktor. Apakah faktor-faktor itu?
Lingkungan pertama dan utama yang paling berpengaruh terhadap perkembangan anak adalah keluarga. Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama kali dikenal anak sebelum mengenal lingkungan sekolah dan masyarakat. Oleh karenanya, dalam hubungannya dengan perkembangan anak, keluarga sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat. Mengapa? Menurut John Locke, yang berdiri di sisi aliran Empiris dengan teorinya “Tabola Rasa” menyatakan bahwa anak-anak itu ibarat meja yang berlapis lilin atau kertas yang putih bersih tanpa goresan apapun. Karena keluarga merupakan lingkungan anak yang pertama, maka keluarga pula lah yang akan menggores pertama kali pada meja berlapis lilin atau kertas yang putih bersih tadi. Sehingga dapat kita maklumi bersama jika keluarga akan banyak menentukan kepribadian anak.
Keluarga juga merupakan lingkungan yang utama bagi anak. Sebab di lingkungan keluarga anak akan menghabiskan sebagian besar waktunya. Menurut perhitungan sementara ahli, anak akan tinggal di lingkungan keluarga tidak kurang dari 60% dari keseluruhan waktu dalam sehari yang 24 jam. Jadi sangat wajar kiranya jika lingkungan keluarga akan menjadi cermin yang baik terhadap sikap, kepribadian, dan tindakan anak di masyarakat. Namun perlu disadari bersama, bahwa akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan zaman, serta pengaruh budaya barat yang liberal yang telah menyebabkan keluarga tidak dapat memerankan fungsinya sebagaimana proporsi yang sebenarnya dengan skala prioritas yang pas. Pada saat-saat sekarang ini, banyak fungsi-fungsi keluarga yang sudah melemah dan sering dilupakan orang. Lihat saja, betapa komunikasi yang hangat antara ayah, ibu, dan anak-anak semakin menghilang. Orang tua sekarang sudah terlalu sibuk memburu uang dan kekayaan, karena beranggapan bahwa dengan harta mereka akan dapat membahagiakan anak. Tetapi mereka lupa bahwa anak bukan hanya memerlukan kebutuhan materi saja, tetapi juga kasih sayang, perhatian, dorongan dan orang tua di sisinya.
Saat ini sudah banyak kasus, bahwa ketidak hadiran orang tua selama waktu yang agak lama telah menjadi penyebab utama pendidikan anak berantakan dan morat-marit. Belum lagi masalah keagamaan dan nilai-nilai moral yang seharusnya dianut anak juga semakin kabur, sehingga sikap “menghalalkan” segala cara untuk memperoleh kesenanngan menjadi kecenderungan yang dipilih. Kehadiran orang tua yang “sesaat” yang mestinya dapat dimanfaatkan untuk memberi perhatian dan kasih sayang, namun tak urung sering digunakan untuk membentak-bentak dan memarahi anak yang membuatnya frustasi, ketakutan yang amat sangat, perasaan rendah diri, tak berguna, dan sebagainya. Akibatnya anak merasa tidak terlindungi, merasa sendiri dan terasing. Hal inilah yang menjadi penyebab utama anak-anak atau remaja keluar rumah mencari “pelarian” dengan cara begadang di jalanan, mulai akrab dengan minuman keras atau mabuk-mabukan, ganja, morphin, seks, dan kekerasan. Kalau sudah begini, kita bisa merenung apalah artinya harta yang melimpah jika anak-anak berantakan. Anak yang seharusnya dapat membanggakan dan membahagiakan orang tua ternyata dia malah menenggelamkan orang tua ke dalam lembah kehinaan dan penderitaan. Ini tidak boleh dibiarkan terus-menerus, karena akan menjadi penyakit akut yang mengganas di seluruh lingkungan masyarakat kita. Tidak pandang bulu pada keluarga kita.
Selain keluarga, ajang hidup anak remaja yang lain adalah sekolah. Di sekolah anak remaja menerima pendidikan secara formal, sebagian besar aktifitas di dalamnya lebih ditekankan kepada pembinaan intelektual. Selama proses pendidikan berlangsung terjadi interaksi antara anak remaja sebagai anak didik dengan guru sebagai pendidik. Interaksi tersebut kadang-kadang berjalan lancar dan normal, akan tetapi ada kalanya terjadi ketidaknormalan interaksi. Dalam kenyataan, sering terjadi seorang pendidik bersikap kurang adil terhadap peserta didik dengan alasan hubungan darah, kesamaan ideologi, atau karena kesamaan suku. Sikap pendidik ini akan merugikan dunia pendidikan, bahkan dampak yang lebih jauh peserta didik akan memberi reaksi negatif sebagai awal dari perbuatan delinkuen. Bahkan ada beberapa peserta didik yang sudah tergolong anak delinkuen, misalnya peminum, pengguna narkoba, pezina dan lain sebagainya. Kondisi negatif seperti ini kemungkinan dapat mempengaruhi peserta didik yang lain, yang semula sebagai peserta didik yang baik berubah menjadi delinkuen. Keadaan dan kemungkinan tadi menjadi tanggung jawab para pendidik di sekolah untuk menanggulangi, masyarakat dan orang tua di rumah pun wajib memberi sokongan ke arah kebaikan.
Terlepas dari kondisi keluarga dan tempat pendidikan formal, masyarakat pun kerap kali menjadi ajang tumbuh suburnya kenakalan remaja. Kondisi sosial yang tidak menggembirakan bagi perkembangan dan pertumbuhan mental anak justru mendorong timbulnya kenakalan remaja, misalnya pelacuran, perjudian, peperangan, dan kemiskinan.
Kenakalan remaja sekarang memang telah membuat orang tua pusing tujuh keliling. Sebab mengatasi kenakalan remaja pada saat ini dengan kekerasan sama halnya menjadikan boomerang bagi orang tua itu sendiri. Bukan tidak mungkin kekerasan orang tua akan dibalas anak dengan kekerasan pula. Bahkan lebih keji.
Untuk “menumpas” kenakalan remaja sampai ke akar-akarnya harus dimulai dari keluarga. Keluarga harus menjadi tempat bernaung yang nyaman bagi anak.
Selain itu, keluarga juga harus menjadi tempat yang baik untuk berkreasi dan berprestasi. Orang tua harus dapat memberi ayoman di kala anak susah, tetapi juga dapat memberi batasan yang tegas kala tindakan anak mulai menyimpang dari norma. Oleh karena itu, benar juga apa yang dikatakan Kung Futze, bahwa dalam membenahi kebobrokan remaja harus dimulai dengan menegakkan wibawa keluarga. Tiap-tiap anggota keluarga mesti tahu terlebih dahulu akan hak dan kewajibannya. Semua kebiasaan buruk harus diluruskan secara tegas tanpa ragu-ragu. Namun dari kesemuanya itu, ada satu hal yang patut menjadi catatan bagi kita bahwa upaya mengatasi kenakalan remaja harus dimulai dari pembenahan fungsi keluarga agar sesuai dengan porsinya. Dan ini harus diawali dari pembenahan diri orang itu sendiri. Sehingga setiap apa yang dikatakan orang tua kepada anaknya memang betul-betul dapat dilihat anak dengan mata kepala sendiri pada perilaku orang tuanya. Orang tua harus mampu menjadi figur yang baik di mata anak-anak. Sebab hanya dengan cara itu anak akan menghargai dan menghormati orang tuanya, yang nota bene akan menjadi potensi besar orang tua untuk diakui keberadaannya secara wajar di mata anak sekaligus sebagai orang tua yang patut dihormati dan dipatuhi perintah-perintahnya. Dan berdasarkan konsep pendidikan nasional, maka usaha pencegahan kenakalan remaja itu tadi sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Dengan demikian, hal tersebut diharapkan dapat mengurangi timbulnya kenakalan remaja, sehingga mudah-mudahan para remaja Indonesia masih dapat diselamatkan generasinya dan mereka
mampu menjadi pemimpin bangsa pada masa mendatang.

Selasa, 22 September 2009

Kenapa Zaman Sekarang Banyak Orang yang Sakit Jiwa???

Seseorang yang sakit jiwa atau biasa disebut dengan Psychopath, kejiwaannya terganggu, dan selanjutnya dia tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar dan normal, serta tidak sanggup untuk memahami masalahnya sendiri. Akan tetapi, orang yang sakit jiwa seringkali tidak merasa bahwa dirinya sakit, sebaliknya dia malah menganggap bahwa dirinya normal-normal saja, bahkan dia merasa bahwa dirinya itu lebih baik dan lebih unggul dari orang lain. Penyebab sakit jiwa itu ada dua macam. Pertama: sakit jiwa yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada anggota tubuh. Misalnya pada saraf pusat, otak, atau adanya kerusakan pada kelenjar tubuh. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh racun akibat minum-minuman keras, memakai obat-obatan terlarang seperti narkotik atau obat-obat adiktif lain, dan sebagainya. Kedua: sakit jiwa yang disebabkan karena mengalami gangguan-gangguan jiwa yang berlarut-larut sehingga mencapai puncaknya tanpa adanya suatu penyelesaian atau karena hilangnya keseimbangan mental secara menyeluruh akibat tekanan batin, adanya tekanan dari suasana lingkungannya, dan sebagainya.


Di zaman yang serba modern seperti sekarang ini, banyak orang yang tidak bisa berfikir jernih lagi, yang pada akhirnya malah menjadi penyakit kejiwaan. Apalagi sekarang kita sedang dihadapkan pada krisis Ekonomi Global. Ironinya, di zaman yang dikatakan “over-competition” ini lebih banyak orang yang tidak mampu mengenal dirinya sendiri. Berbagai hal yang menarik perhatian dan menjadi kepentingan, semua itu diburu dan dikejar oleh banyak orang. Mereka begitu terlena dengan dunia yang kasat mata, sehingga mereka pun sangat jarang berfikir tentang nilai-nilai yang terdapat dalam diri mereka sendiri. Salah satu contohnya adalah pada saat Pemilu kemarin. Pada saat pemilu, para calon legislatif berlomba-lomba untuk mendapatkan simpati dan perhatian rakyat Indonesia. Mereka berani mempertaruhkan sebesar apapun uang yang dikeluarkan untuk proses kampanye. Bahkan ada diantaranya yang berani untuk berhutang sampai jutaan rupiah hanya untuk membiayai kampanyenya. Akan tetapi, pada saat hasil Pemilu itu diumumkan, ternyata banyak caleg yang tidak terpilih. Hal tersebut menyebabkan para caleg yang kalah menjadi depresi. Mereka merasa sangat malu dan kecewa kepada para pendukungnya. Para caleg yang kalah banyak yang mengalami tekanan mental, sehingga banyak diantara mereka yang masuk dan dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Bahkan tanpa disangka-sangka banyak juga di antara mereka yang sampai melakukan bunuh diri. Itulah sebagian kecil faktor yang menyebabkan orang menjadi sakit jiwa. Mereka lebih sibuk untuk berkompetisi dalam urusan duniawi, sehingga mereka melupakan kebutuhan jiwanya dan seringkali melupakan urusan akhiratnya. Akan tetapi, perlu kita ketahui bahwa ada hal paling mendasar yang dapat menyebabkan orang menjadi sakit jiwa. Apakah itu??


Sesungguhnya tubuh kita sebagai manusia diisi oleh dua hal yang berbeda, yaitu ego (nafsu) dan jiwa (akhlak). Itulah yang membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya. Sosok Jiwa inilah yang sebenarnya menjadi pemilik tubuh kita yang sesungguhnya. Seperti misalnya ada sebuah rumah yang ada pemiliknya,namun ada yang ingin mengontrak rumah itu. Siapakah yang paling mengerti kebutuhan rumah tersebut? Pemilik rumah sesungguhnya atau pengontrak? Tentu cenderung pemilik rumahlah yang lebih mengerti kebutuhan rumah tersebut. Begitu pula dengan jiwa kita, sebagai pemilik asli dari tubuh kita, maka tentu jiwa kita lah yang paling mengerti kebutuhan hidup kita.

Sama halnya dengan tubuh kita yang memerlukan fisik dan nutrisi untuk tumbuh, begitu pun dengan jiwa kita. Namun jiwa membutuhkan nutrisi yang berbeda dengan tubuh. Dalam hal ini, nutrisi yang dibutuhkan bukan berupa kebutuhan makanan atau minuman, namun kebutuhan berupa jiwa yang bahagia. Jiwa yang bahagia inilah yang menjadi kebutuhan hidup kita yang sesungguhnya. Di dalam “teori piramida 7 kebutuhan jiwa yang bahagia Abraham Maslow”, di sana dijelaskan bahwa kebutuhan jiwa yang paling dasar atau paling pertama adalah kebutuhan untuk didengar. Sekarang, mengapa seseorang merasa tidak bahagia? Mengapa juga seseorang merasa sedih? Hal itu terjadi pada saat seseorang tidak didengar atau dengan kata lain dikucilkan. Contohnya saja, anak kecil misalnya. Mereka paling senang jika oleh orang tuanya atau oleh gurunya didengar. Mereka senang bila mereka diajak berbicara. Di sekolah pun misalnya, anak-anak gembira saling belajar di bawah bimbingan gurunya yang secara demokratis memberi kesempatan setiap anak siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Pada saat itu, guru hanya berperan sebagai Moderator. Sekarang, apa yang terjadi jika Guru bersikap terlalu Otoriter? Anak-anak siswa akan cenderung depresif dan merasa tidak Bahagia.
Apa jadinya bila seseorang tidak didengar pendapatnya? Coba kita perhatikan, apa efek dan dampaknya jika seorang anak dari kecil kurang diperhatikan, kurang kasih sayang, dan kurang diajak berbicara. Hanya diberi makan, minum dan sekolah saja. Namun di dalam keluarga kurang dilibatkan, atau malah cenderung terkucilkan. Apa jadinya? Coba kita lihat, di seluruh dunia, semua orang berlomba-lomba membeli Handphone. Untuk apa? Supaya mereka bisa saling berbicara dengan orang lain. Supaya mereka didengar. Sekarang, coba tanyakan ke diri kita masing-masing, Apa jadinya jika handphone kita terlupa atau hilang? Beberapa orang di antara kita pasti menjadi merasa sedih. Benar bukan? Kita merasa hidup menjadi hampa, seolah-olah kosong. Karena kita tidak bisa didengar. Kebutuhan untuk didengar adalah kebutuhan paling dasar.

Timbullah pertanyaan di dalam diri kita. Jadi, apa yang sebenarnya sering menyebabkan banyak orang menjadi sakit jiwa? Apakah karena putus cinta?Apakah karena kemiskinan? Apakah karena tekanan hidup? Berdasarkan beberapa survey, dinyatakan bahwa semua itu: tekanan hidup, kemiskinan, putus cinta bukanlah yang paling banyak menyebabkan sakit jiwa. Seseorang memang akan memiliki tekanan hidup yang tinggi kalau miskin. Namun penyebab seseorang sakit jiwa adalah bila kebutuhan dasarnya itu tidak dipenuhi, yaitu kebutuhan untuk didengar. Diajak bicara, didengar pendapatnya, didengar keluhannya, dimengerti. Bila tidak, maka dia akan mulai hidup dalam dunianya sendiri, dunia halusinasi, dunia imajinasi, dunia yang dia alami sendiri, dan tidak ada orang lain di dalamnya. Dia cenderung untuk menjauhi orang lain, dan dia hidup di dalam alam pikirannya sendiri.

Seseorang bisa saja memiliki tekanan hidup yang tinggi, memiliki hutang, atau dimarahi orang tuanya. Reaksinya paling ada dua: Mengabaikan tekanan itu, atau melawannya. Banyak kejadian seorang anak yang terlalu sering dimarahi orang tuanya kabur melarikan diri, namun tidak sampai Sakit Jiwa. Seseorang bisa sampai sakit jiwa jika kebutuhan dasarnya tidak dipenuhi, yaitu kebutuhan untuk didengar. Kebutuhan ini sama dengan Kebutuhan Sembako, sembilan bahan pokok. Orang tidak hanya butuh beras, air minum, bumbu masak, garam, gula, namun yang lebih penting adalah kebutuhan untuk didengar. Salah satu buktinya, di zaman sekarang ini, rakyat Indonesia lebih peduli untuk membeli pulsa daripada membeli nasi. Benar bukan? Contoh yang lainnya, seseorang yang dipenjara misalnya, bukannya tidak diberi makan atau minum, atau dipukuli setiap hari oleh sipir penjara. Mereka malah tetap terjamin diberi makan, minum namun mereka dikucilkan dari masyarakat. Tidak boleh berhubungan dengan masyarakat dunia luar. Artinya tidak boleh berkomunikasi dengan dunia luar, atau tidak didengar. Oleh karena itu, maka mereka menjadi sedih dan merasa hidupnya tidak lagi berharga. Mereka hanya butuh satu hal, bahwa hidupnya masih berharga. Mereka berhak untuk hidup. Artinya hidup sesungguhnya di masyarakat, tidak dikucilkan. Dengan demikian mereka ingin didengar. Sekarang, di Indonesia pun, banyak orang yang berpendapat bahwa yang paling penting sebagai seorang pemimpin adalah mendengarkan suara wong cilik. Itulah yang paling penting. Bukan kepintaran, keberanian, kejantanan, kepandaian, kekayaan, ketampanan, dan seorang profesor atau doktor yang penting. Yang penting adalah kemampuan mendengar suara wong cilik. Karena itu yang paling penting adalah kebutuhan untuk didengar.

Selain yang di atas, masih banyak faktor lain yang dapat menyebabkan orang menjadi sakit jiwa. Yang jelas, apapun faktor yang telah menyebabkan seseorang itu sakit jiwa dan seberat apapun kelainan mentalnya bahkan sampai kronis sekalipun, apabila dia diobati dan ditangani oleh seorang yang ahli di bidangnya Insya Allah dia tetap bisa disembuhkan. Si penderita bisa kembali menjalani kehidupannya dengan normal dan wajar. Perhatian, kasih sayang yang tulus dan dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekatnya sangat penting dalam proses pemulihan dan penyembuhan kondisi kejiwaan si penderita. Orang-orang sakit jiwa yang sering kita lihat berkeliaran di tempat-tempat keramaian seperti di jalan-jalan, di pasar-pasar dan sebagainya, tentu mereka pun memiliki keluarga. Hanya saja, mungkin karena faktor ekonomi, sosial, atau faktor lainnya, mereka tidak dirawat dan malah ditelantarkan oleh keluarganya. Akibatnya, kondisi mereka menjadi semakin parah sampai tidak mungkin lagi bisa disembuhkan. Kalaupun bisa, hal itu kemungkinan sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Dan yang paling tragis, di masyarakat pun mereka dianggap sebagai sampah masyarakat, manusia yang hina, kotor dan tidak berharga. Mereka menjadi bahan cemoohan, tertawaan dan hinaan orang-orang. Sebenarnya, masalah penyakit jiwa ini bukan hanya tugas psikolog, psikiater, dan rumah sakit jiwa saja. Akan tetapi, ini adalah tanggung jawab dan tugas kita bersama sebagai masyarakat termasuk juga pemerintah. Namun, lebih arif jika kita tidak saling melemparkan tanggung jawab. Mari kita memulai dari diri kita masing-masing. Hal tersebut diharapkan dapat mengubah persepsi dan perlakuan buruk masyarakat terhadap orang yang sakit jiwa , sehingga mudah-mudahan mereka tidak lagi dianggap sebagai sampah masyarakat.

Kamis, 09 Juli 2009

Pentingnya Menjaga Kehormatan Bagi Wanita

Bismillaahirrahmaanirrahiim..
Ok,, kita langsung saja ya ke pokok permasalahannya..

Perlu diketahui,, TIDAK ada tantangan yang lebih besar bagi kaum wanita selain menjaga kehormatannya. Dan, seorang wanita adalah istimewa ketika mereka paham cara menjaga kehormatannya. Bagi adat ketimuran, hal-hal yang berbau amoral sudah menjadi larangan jelas. jika dilanggar dapat menimbulkan celaan bagi masyarakat yang masih menjunjung tinggi moral agama maupun moral ketimuran.. Seiring dengan kemajuan zaman, modern identik dengan kebebasan berekspresi. Adat ketimuran pun dilupakan. Berpakaian seronok yang banyak lubang angin. Maunya bebas keluyuran. Ngikut party. Ingin dugem nggak kena jam malam. Leluasa bergaul. Nge-drugs sebagai alasan kompensasi masalah/kejenuhan. Tren poligami yang mengatasnamakan agama. hingga kasus semen leven (alias kumpul kebo) yang ujung-ujungnya merugikan pihak wanita. Lagi-lagi, wanita menjadi si lemah yang patut untuk diingatkan..

Gimana nggak mengundang geraduk jantung lelaki kalau paha diobral?? Berbusana seperti telanjang.. Berbicara dimanis-manisin.. Ini dia, ngaret ketegasan..
Wanita memang gudangnya perasaan halus, senang dirayu-rayu, suka digombalin. Terus, takut nggak kebagian. Takut nggak laku.. Takut kalah seksi.. Takut kalah gaul.. Ngikutin gaya pacaran modern.. Tampil habis-habisan.. Nunjukin rasa sayang pakai acara terang-terangan berciuman, pelukan, gandengan atas dasar suka sama suka di muka umum.. Pacaran yang lebay.. Malah kadang-kadang sampai kebablasan. Darah muda mendadak ditansfusi darah tua gara-gara accident.. Menjadi orang tua karbitan yang harus ngerti keribetan oek-oeknya bayi.. Nyalahin ke diri sendiri, nyalahin ke parent, dan yang terfatal, nyalahin ke Allah Swt.. Komplit dech.. Seolah-olah tetap tersisip pembenaran, "Fi dunya dulu, akhirat belakangan." Dalihnya,"Ini proses pendewasaan".. Huh, Cape dech..

Bagaimana islam mengakui rasa cinta?? Cinta adalah anugerah Yang Maha Kuasa..
Menurut pandangan islam, wanita dianjurkan menerima anugerah Yang Kuasa berupa cinta dunia dengan perlakuan baik, jujur, bijaksana, ramah, serta penuh dengan rasa tanggung jawab.. Cinta dan pacaran kepada lawan jenis hanya ada pada ikatan formal. Nah,,,ketahuan donk cinta macam apa kalau terlepas tanpa malu sebelum ada ikatan?? Itu bukan cinta, melainkan nafsu syahwat. Ketertarikan sesaat..

Cinta adalah tanggung jawab yang nggak sekedar diucapin, digores indah dengan pena, janji/ikrar sehidup semati, SMS, nelpon, kencan, chatting secara lebay,etc.... Kalau pengen punya cinta sejati yang super keren, ada kok petunjuk jelasnya.. Keukeuh terhadap aturan.. Yang pasti, sesuai dengan Ridha Allah Swt.. Bentuk cinta sejati itu harus berwujud ikrar/janji serta pernyataan tanggung jawab dari The Real Gentlemen yang disaksikan oleh orang banyak. Ikrar/janji itu ditujukan kepada sang ayah kandung si wanita.. Seorang Lelaki yang bertanggung jawab akan berjanji melakukan ikatan dengan menjadikan si wanita sebagai belahan jiwanya, mencukupi segala kebutuhan hidupnya, lalu mengambil alih tanggung jawab ayahnya sebagai pelindung dan pemberi naungan.. Kontak fisik yang mengarah lebih jauh hakikatnya boleh dan sah dilakukan jika telah terikat dalam perkawinan, tidak di bawah tangan.. tidak pula dengan membuat-buat aturan sendiri agar ada pembolehan, seolah-olah menjadi benar, padahal jelas itu tetap pelanggaran, seperti kawin kontrak atau menikah sirri dadakan di tempat pelacuran supaya halal. sesudahnya bubar..

Yuuuk,, bareng-bareng kita luruskan tujuan. Jadikan diri kita sebaik-baiknya perhiasan dunia. Sebentuk kemahalan yang tak pantas dibandingkan dengan barang-barang obralan.. Karena kita begitu berharga, kita pantas mendapatkan hal-hal terbaik di dalam hidup ini. Hidup cuma sekali dan sebentar.. Dengar-dengar, orang yang baik adalah orang yang menyadari kesalahannya, lalu berusaha memperbaikiny. Masa lalu biar ditinggalkan, hari ini adalah tantangan, dan masa depan adalah perjuangan.. Dapatkan The Real Gentlemen yang mampu mengajak kita ke surga kelak!!!!

oleh karena itu,, Mulai dari sekarang, Yuuuuk kita intopeksi dan benahi diri kita masing-masing...
Oya,, mau tahu resiko perilaku seks bebas dari segi kesehatan??? Tinggal pilih, penyakit mana yang paling serem.. Penyakit-penyakit itu antara lain sebagai berikut:

1. Sifilis
Penyebab penyakit ini adalah parasit Treponema palidum yang menyerang selaput lendir (anus, kemaluan, dan mulut). Masa inkubasi 3-4 minggu. Gejalanya adalah timbul tukak (luka) pada vulva. kalau sudah menahun, kulit akan kemerahan sampai timbul gumma..

2. Gonore
Penyebabnya adalah kuman Neisseria gonore. Penyakit ini ditandai gejala perih saat buang air kecil dan adanya keputihan agak kental. Masa inkubasinya 3-10 hari. kalau sudah menahun tanpa pengobatan, infeksi dapat menjalar ke rahim, saluran telur, dan indung telur. Biasanya, hanya ada gejala keputihan tidak jelas, bahkan bisa tanpa gejala. Delapan puluh persen wanita penderita gonore dapat menjadi sumber infeksi pada pasangan seksnya hingga jangka waktu yang lama..

3. Klamidia
Penyebabnya C. trachomatis. Penyakit ini banyak dijumpai akhir-akhir ini. Gejalanya tidak khas. Bisa ditandai dengan keputihan berwarna kuning disertai rasa sakit ketika buang air kecil. pemeriksaan terhadap bakteri Klamidia sangan mahal dan sulit..

4. Herpes Genitalis
Penyebabnya virus herpes. Masa inkubasinya 2-10 hari. Gejala ditandai dengan adanya vasikel (gelembung pada kulit) yang berkelompok dengan dasar kemerahan bersifat hilang timbul. Juga dapat disertai rasa nyeri dan gatal. Penyakit ini berhubungan pula dengan terjadinya keganasan rahim

5. AIDS
Penyebabnya virus HIV. Masa inkubasinya 5-10 tahun. Ditularkan melalui hubungan seks vaginal atau anal dari partner yang tertular virus HIV. Gejala ditandai dengan menurunnya daya kekebalan tubuh yang memudahkan terjadinya infeksi oleh mikroorganisme dan kanker oportunistis, seperti jamur esophagus paru-paru, adanya Sakroma kaposi, dll..
Sssstt...., ada yang perlu anda tahu juga,, Narkotik dan obat-obat adiktif lainnya ternyata efektif dalam penularan virus HIV.. Ihhhh,,,,,serem semua...!

Mau tahu juga bahayanya pakai narkoba??? User ini biasanya paling banter dibuat sakaw kalau sudah ketagihan. User juga rentan terkena penularan virus HIV lewat jaru suntik atau overdosis (OD) yang bikin mulut berbusa plus kejang-kejang setengah mati. Sakitnya?? Rrrrruarrrr.....biasa (katanya). Kalau sampai nggak tertolong, udah dech, keburu "wassalam", itu wajah bakal berubah sereeeeem.....gitu. Mangap, melotot, pokoknya nggak enak banget buat dilihat. Mungkin, Na'udzubillaahimindzalik.. Matinya sakit banget ya?? mau nolak dicabut gimana?? Badan sudah ogah kerja.. Malaikat maut terlanjur dapat acc nyabut nyawa.
Duh,,,selain masuk kategori dzalim terhadap diri sendiri, mati cara dengan cara seperti itu juga termasuk mati terjelek. Sia-sia. Nggak indah sama sekali. Nggak keren banget kan??? Dimana-mana, namanya orang beriman pengennya mati terhormat. Mati syahid. Mati di dalam kondisi kerja cari uang, mati lagi ibadah, pokoknya mati dalam keadaan khusnul khatimah dan mendapat ridho Allah Swt..

Nah,,,Kalau memang belum berpikiran "takut dosa" akibat bermain-main seks bebas atau pakai narkoba, paling tidak sudah berpikiran "takut kena penyakit". Toh, muaranya juga sama, menghindari kemaksiatan. Sambil pelan-pelan niatnya diluruskan, semata hanya mengharapkan ridha Allah Swt, tidak ada yang lain!!

Kawan,, semua larangan Allah Swt adalah tanda kasih sayang-Nya kepada kita, dan ternyata demi keselamatan kita semua. Walaupun hamba-Nya masih suka bandel, tapi Subhanallah,,,,cinta Allah, sebenarnya terus saja melingkupi umat-Nya, apapun ulahnya. Jika dapat mencegah dan menjauhi segala kemaksiatan, maka kita tergolong yang baik imannya.. Amin.. InsyaAllah..