Selasa, 17 Agustus 2010

Masalah Kesulitan Belajar

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, guru dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Prestasi belajar yang memuaskan pun dapat diraih oleh setiap anak didik jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Namun, sayangnya ancaman, hambatan, dan gangguan dialami oleh anak didik tertentu. Sehingga, mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Pada tingkat tertentu, memang ada anak didik yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya, tanpa harus melibatkan orang lain. Akan tetapi pada kasus-kasus tertentu, karena anak didik belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh anak didik.
Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud masalah kesulitan belajar? Faktor apa yang menyebabkannya? Serta langkah-langkah apa yang dapat dilakukan untuk membantu anak yang mengalami masalah kesulitan belajar?
Aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Demikian kenyataan yang sering dijumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan aktifitas belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individu inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku di kalangan anak didik. Ketika anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelligensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan karena faktor lain di luar intelligensi. Oleh karena itu, IQ tinggi yang dimiliki seseorang belum tentu menjamin keberhasilan belajarnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar.
Akan tetapi yang lebih menyedihkan adalah perlakuan yang diterima anak yang mengalami kesulitan belajar dari orang tua dan guru yang tidak mengetahui masalah yang sebenarnya, sehingga mereka memberikan cap kepada anak mereka sebagai anak yang bodoh, tolol, ataupun gagal.
Di setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak didik yang berkesulitan belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan, akan tetapi juga dirasakan oleh sekolah tradisional di pedesaan dengan segala keminiman dan kesederhanaannya. Hanya yang membedakannya pada sifat, jenis dan faktor penyebabnya.
Masalah kesulitan belajar ini disebabkan oleh beberapa faktor. Ada faktor intern (faktor dari dalam diri anak itu sendiri ) yang meliputi faktor fisiologi dan faktor psikologis, dan ada faktor ekstern (faktor dari luar anak) yang meliputi faktor-faktor sosial, seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di rumah, dan faktor-faktor nonsosial, seperti faktor guru di sekolah, kemudian alat-alat pembelajaran, kondisi tempat belajar, serta kurikulum.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum, ada pula faktor-faktor khusus yang juga menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Misalnya, sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar), seperti disleksia (dyslexia), yaitu ketidakmampuan belajar membaca, disgrafia (dysgraphia), yaitu kemampuan belajar menulis, dan sebagainya.
Dalam rangka mengatasi masalah kesulitan belajar ini, kita harus mencari sumber-sumber penyebab utama dan sumber-sumber penyebab penyerta lainnya secara akurat, afektif dan efisien, agar dapat memberikan treatment yang berhasil. Jika gagal, treatment harus diulang. Kegagalan treatment yang kedua harus diulangi dengan treatment berikutnya. Begitulah seterusnya sampai benar-benar dapat mengeluarkan anak didik dari kesulitan belajar.
Yang terpenting adalah kita harus dapat menelaah dengan baik perkembangan anak didik. Diagnosis terhadap permasalahan sesungguhnya yang dialami anak mutlak harus dilakukan. Dengan demikian kita akan mengetahui kesulitan belajar apa yang dialami anak, sehingga kita dapat menentukan alternatif pilihan bantuan bagaimana mengatasi kesulitan tersebut.

Sumber:
Djamarah, Saiful Bahri. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Syarifudin, Tatang. (2008). Pedagogik Teoritis Sistematis.Bandung: Percikan Ilmu
Makmun, Abin Syamsuddin. (2007). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar